Rasulullah saw. biasanya menerima pendapat isteri-isteri beliau di saat bermusyawarah dengan mereka. Hal ini tentu saja bukan berarti Rasulullah tunduk pada pendapat seorang wanita. Dalam kisah perjanjian Hudaibiyah kita kenal ada dialog yang sangat penting antara Rasulullah saw. dengan isteri beliau, Ummu Salamah.
Pada saat itu Rasulullaah saw sedang gundah sedih. Pasalnya para sahabat nabi merasa kecewa karena perjanjian Hudaibiyah dengan pihak Quraisy mereka anggap merugikan kaum muslimin. Akibat perjanjian itu Rasulullaah saw dan para sahabatnya tidak jadi berangkat haji, sementara saat musim haji telah tiba. Kekecewaan para sahabat membuat mereka agak lalai menerima perintah Rasulullaah saw untuk menyembelih haiwan qurban. Mereka menjadi enggan melaksanakannya. Tentu saja hal ini membuat Rasulullaah saw gelisah. Maka Ummu Salamah menyampaikan pendapatnya. „Wahai Rasulullaah, mengapa baginda menjadi gundah. Lakukanlah pemyembelihan haiwan qurban baginda sendiri. Kelak pada sahabat akan mengikuti", Kata Ummu Salamah.
Mendapat saranan ini Rasulullaah saw bagaikan menemukan barang yang hilang. Beliau membenarkan pendapat Ummu Salamah dan segera melakukan penyembelihan haiwan qurban seperti yang dicadangkan oleh isteri beliau. Para sahabat pun kemudian mengikuti perbuatan Rasulullaah saw.
Rasulullaah saw sering berpuasa apabila di rumah Aisyah tidak sempat memasak apa-apa. Pernah suatu hari beliau bertanya kepada istrinya, „Wahai Khumairo (merah jambu) masak apakah Dinda hari ini ?" „Tidak ada apa pun ya Rasulullah," kata Aisyah. „Kalau begitu aku akan berpuasa," kata Rasulullah. Kisah dialog ini menjadi dasar bagi dibolehkannya berniat puasa di pagi hari sepanjang belum makan apa-apa sejak terbit fajar.
Demikianlah, hubungan Rasulullaah saw dengan isteri beliau sangat harmonis. Perhatikanlah, bagaimana Rasulullaah saw memanggil isterinya dengan gelaran yang mesra seperti khumairo (si merah jambu). Ini menunjukkan kemesraan Rasulullaah saw terhadap Aisyah. Bahkan sebutan Abu Bakar (yang artinya bapak Perawan) terhadap ayah Aisyah merupakan sebahagian kemesraan Rasulullaah saw kepada keluarga Aisyah.
Walaupun ada beberapa isteri Rasulullaah saw, sejarah mencatat bahwa hanya satu kali saja keluarga Rasulullaah saw bermasalah. Yaitu saat Hafsah membocorkan satu rahasia kepada istri Rasulullaah saw. yang lain (Aisyah) kemudian peristiwa ini diketahui Rasulullaah saw pula, sehingga menimbulkan sedikit masalah dan turunnya ayat.
Peristiwa tersebut telah diselesaikan Allah dan diabadikan dalam Kitabullah surat At-Tahrim ayat 3 dan seterusnya. Kejadian ini tidak membawa dampak apa pun terhadap nabi maupun kaum muslimin di saat itu. Bahkan menjadi gambaran betapa Rasulullaah saw merupakan seorang nabi yang ma’shum hingga diproteksi Allah. Karena bila masalah rumah tangga saja diangkat di dalam kitab suci, bagaimana dalam masalah yang lebih berat ?
Kunci Keharmonisan
Salah satu kunci keharmonian rumah tangga Islam adalah dialog yang intensif dan sehat antara suami dan istri. Dialog ini telah dicontohkan Rasulullaah saw pada banyak kesempatan. Hadits-hadits Rasulullaah saw yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ummu Salamah umumnya berisi dialog tentang pemahaman suatu hukum tertentu dari ajaran Islam.
Pada banyak keluarga muslim sekarang ini, suami istri sering kali kurang berdiaolog atau bermusyawarah di antara keduanya. Di antara mereka ada yang beralasan dengan kesibukan kerja, bisnes dan lain-lain. Bahkan, saking sibuknya, ada yang bertatap muka pun tidak sempat. Jika suami pergi pagi pulang malam, mereka hanya bertemu di malam hari saja. Boleh jadi suami istri telah sangat letih. Akibatnya tentu saja mereka tidak mampu berdialog satu dengan lainnya. Masa berlalu begitu sahaja.
Dialog yang hambar biasanya mengakibatkan hubungan kemesraan menjadi berkurang. Bahkan tidak jarang kemesraan menjadi hilang, timbul ketegangan dan terjadilah perselisihan. Kalau sudah begini, kedua suami istri itu akan mengalami penderitaan. Sangat disayangkan apabila hubungan yang hambar seperti ini terjadi pada keluarga muslim yang dibangun dalam rangka beribadah kepada Allah.
Diperlukan pengertian yang mendalam dari kedua suami istri agar dialog dapat berjalan secara contenui dan menyenangkan. Suami istri hendaknya memiliki kesamaan persepsi tentang betapa pentingnya membangun hubungan harmonis antara keduanya.
Dalam rumah tangga Islam, hubungan harmoni memberi dampak yang sangat banyak, antara lain bahwa hubungan harmoni : 1. membahagiakan kedua pihak. Karena keduanya akan semakin menyadari fungsi dan peranan rumah tangga dalam ibadah kepada Allah. 2. memungkinkan kedua suami isteri mendidik anak secara lebih konsentrasi. Sebab kerukunan kedua orang tua merupakan modal utama bagi pembentukan generasi muslim yang kuat. 3. dapat melahirkan produktiviti keluarga yang sangat menguntungkan. Usaha keluarga yang sukses biasanya hanya tumbuh dari rumah tangga yang harmoni. 4. merupakan syarat utama dalam membentuk keluarga yang berorientasi taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). 5. dapat menjadi pendorong suami isteri dalam meningkatkan peranannya dalam dakwah islam di tengah masyarakat. Karena sesungguhnya kerukunan rumah tangga merupakan satu basic dakwah pada dae`.
Menumbuhkan Iklim Dialog
Suami Isteri Islam sangat memperhatikan keutuhan keluarga dan memberi rangsangan pada kaum muslimin untuk terus menerus meningkatkan hubungan rumah tangga yang harmoni ini. Dalam rangka menekankan betapa pentingnya dialog suami isteri dalam rumah tangga Rasulullaah saw bersabda :
„Wanita itu belahan (teman akrab) dari lelaki." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
„Sebaik-baik kamu adalah orang yang terbaik terhadap isterinya. Dan aku merupakan orang terbaik di antara kalian terhadap isteri. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tak tahu budi." (HR Abu Asakir)
Islam memberi berbagai jalan dalam rangka membentuk keluarga harmoni, diantaranya menumbuhkan iklim dialogis atau dialog yang mesra antara suami istri.
Berikut ini adalah gambaran bentuk-bentuk dialog yang dapat dilakukan dalam rangka menumbuhkan iklim dialogis dalam rumah tangga Islam.
Dialog Rahsia Keluarga
Yaitu dialog yang hanya dilakukan berdua. Dialog ini hendaknya dilakukan 4 mata, antara suami isteri saja. Termasuk jenis ini adalah :
• Dialog tatkala melakukan hubungan intim. Ungkapan-ungkapan yang mesra pada saat ini disunnahkan untuk meningkatkan kegairahan suami isteri. Bisikan-bisikan mesra merupakan sarana untuk mencapai hubungan yang memuaskan.
• Dialog untuk membahas masalah yang terkait dengan problem rumah tangga, keluarga atau pun anak-anak. Terutama bila merencanakan sesuatu yang terkait dengan kepentingan keluarga. Bila ada hal-hal yang sama sekali tak perlu untuk diketahui orang lain.
• Dialog yang dilakukan di tempat tertentu yang dianggap memiliki suasana lain yang lebih menyenangkan kedua suami istri. Misalnya dialog yang dilakukan pada saat makan, rihlah dan sebagainya.
Dialog jenis ini sangat penting dan dapat mempengaruhi hubungan batin antara kedua suami istri. Karena itu hendaknya dibiasakan dan dihidupkan, kendati harus mengeluarkan sedikit biaya.
Dialog Umum
Yaitu dialog yang melibatkan anggota keluarga yang lain atau orang lain sebagai peserta percakapan. Antara lain :
• Dialog rutin yang merupakan hubungan komunikasi antara kedua pihak suami isteri. Seperti sapaan pagi, siang atau petang hari, perjumpaan di meja makan, ketika saling bersalaman dan sebagainya. Ini dapat disaksikan oleh siapa saja dari anggota keluarga.
• Dialog tatkala membicarakan pendidikan anak-anak, dapat melibatkan anak-anak itu sendiri sesuai dengan keperluan.
• Dialog yang terkait dengan masalah muamalah (hubungan) dengan orang lain. Seperti ketika ada tamu, kedatangan keluarga atau teman, tatkala bersilturrahim dan lain-lain. • Dialog dalam masalah sehari-hari yang dihadapi suami istri yang tidak bersifat rahsia. Dapat diselesaikan dengan melibatkan orang-orang yang terkait dengan permasalahan tersebut.
Dialog Jarak Jauh
Yaitu dialog yang dilakukan dengan menggunakan wasilah (sarana) di kala berjauhan, seperti handpone, surat dan sebagainya. Misalnya :
• Tatkala saling berjauhan, di tengah kesibukan keduanya, isteri di rumah atau suami di tempat kerja, keduanya saling menelipon, menanyakan khabar masing-masing atau khabar anak-anak dan anggota keluarga lain.
• Isteri membuat surat cinta untuk suaminya tatkala suami sedang bepergian dalam rangka tugas. Surat ini diselipkan sedemikian rupa, misalnya di poket seluar, beg violet atau map sehingga dibaca suami setelah tiba di tempat tujuan. Surat seperti ini memberi dorongan semangat kepada suami untuk berkarya.
• Isteri meninggalkan pesan di rumah manakala di saat suami pulang isteri terpaksa tidak ada di rumah. Sebaliknya, suami menitip surat pesan untuk isteri dengan kata-kata yang mesra. • Dan lain-lain.
Bahasa yang digunakan dalam berbagai dialog ini hendaknya bahasa yang sopan dan santun. Suami hendaknya menyampaikan maksud hatinya dengan penuh kasih sayang. Sedangkan istri pun menyambut dengan penuh penghargaan dan gairah cinta sehingga terjalin hubungan percintaan suami isteri sepanjang masa ke akhir hayat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan